Sabtu, 08 Januari 2011

Pengakuan Aa'Gym

Mengapa dipilih Alfarini? Seorang yang baru masuk ke sini (DT). Saya lebih mendasarkan kepada istikharah, satu tahun, kurang lebih. Kalau baik, mudahkan…kalau tidak baik, jangan pernah terjadi. Saya tidak memilih karena saya mencintai berlebih. Tidak bisa dipungkiri Alfarini dikaruniai sesuatu yang menarik perhatian, tetapi …(ada satu kata yang tidak jelas)…sadar, saya tidak mau hanya karena itu.
Nah, rekan-rekan sekalian. Alfarini usianya hari ini genap 38 tahun. Alfarini, kakeknya adalah…neneknya adik-kakak dengan orangtuanya pak Habibie. Jadi, ini lahir di keluarga besar pak Habibie. SD, SMP nya di Al-Azhar, SMA di Surabaya, kuliah di UNAIR. Yang saya dengar, memiliki kecerdasan memadai, tanding dengan teh Ninih yang tidak pernah rangking 2, kecuali rangking 1 terus. IP nya 3,6. Saya pilih, diantara hikmahnya adalah karena ketabahan dan kesabarannya menghadapi situasi-situasi yang sangat berat dalam kehidupannya. Ibunya sudah stroke, ayahnya sudah uzur, pikun. Dia harus memikul tanggung jawab atas keluarganya seorang diri. Sudah janda, anaknya 3, usianya selisih setahun dengan istri saya. Dan teruji dalam situasi yang saaangat berat seperti ini, dimana saya tidak bisa mendampingi teh Rini dihina, dicaci, dimaki begitu banyak orang, dia harus menghadapinya seorang diri. Maha Suci Allah, yang membuka sedikit demi sedikit hikmah.
Sahabat saya Hari Sudarsono, yang membangun pesantren ini dari awal, baru saya tahu bahwa itu adalah saudara dekatnya, dan beliaulah, Hari Sudarsono lah yang menceritakan. Jadi, kalau selama ini ada informasi yang simpang siur, siapakah wanita ini? Jangan…jangan disisipkan intel dan sebagainya. Semakin lama, semakin saya kenali, Qiyamul Lailnya, standarnya adalah jam setengah 2 pagi, jam 2 pagi. Kesabarannya, alhamdulillah, saya syukuri. Tentu banyak kekurangan-kekurangan sebagai manusia, tetapi sesudah ijab qabul, saya sebagai suaminya memikul tanggung jawab untuk bisa membuat istri saya ini menjadi bagian dari dakwah ini. Mudah-mudahan Teteh bisa menjadi Kakak, berikut gurunya. Saya harap saudara tidak berburuk sangka kepada istri saya yang kedua ini. Dia adalah bagian dari takdir ini, teteh akan berubah menjadi lebih baik, insya Allah, syariatnya hadirnya Rini. Anak-anak saya lebih dekat dengan Allah, syariatnya dengan hadirnya Alfarini. Saya bisa belajar untuk terus mengubah diri, syariatnya adalah ditakdirkannya ada wanita bernama Alfarini.
Kenapa tidak dipilih dari anak Kyai yang sudah jadi? Mungkin takdir ini membuktikan bahwa menikahi itu harus bertanggung jawab memperbaiki, maaf, meningkatkan. Teh Ninih orangtuanya ulama, sudah jadi dari awal, saya hanya tinggal memoles. Alfarini, pengetahuan agamanya tidak sebanyak saudara-saudara, namun banyak juga pengetahuan dan pengalaman lainnya yang mungkin saudara belum memiliki. (sampai sini, rekaman terputus…)
Salam


Tidak ada komentar:

Posting Komentar